Selayaknya wartawan adalah seseorang yang dihargai karena kerja kerasnya dalam memberikan informasi. Terutama karena wartawan seharusnya adalah sosok yang dianggap mampu sebagai penyeimbang akan beredarnya informasi yang keluar masuk di masyarakat kita. Hal ini penting karena bagaimanapun kita tidak akan mampu  untuk meneliti keakuratan berita dan informasi yang didapat. Khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia pemerintah kita.

Dengan adanya wartawan disekitar kita, maka mereka akan mampu untuk memberikan informasi yang cepat, cermat serta dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga tidak ada pihak yang berbuat sewenang-wenang di masyarakat kita. Wajar karena ketika ada hal-hal yang kurang berkenan yang menyangkut akan birokrasi dan kepentingan masyarakat banyak maka informasi yang ada hendaknya sesuai dengan yang ada.


Sayangnya, ada pihak atau oknum yang memanfaatkan peran wartawan untuk kepentingan pribadi. Banyak kita dapati saat ini wartawan yang sebenarnya tidak layak untuk menjadi wartawan. Mereka hanya menjadi wartawan karena adanya unsur kedekatan dan kekuatan dengan pihak-pihak yang juga memanfaatkan keadaan ini. Maka yang terjadi adalah maraknya para wartawan gadungan atau bodong yang bergerilya ke semua lini pemerintahan. Dan yang termasuk menjadi ladang uang mereka adalah bergerilya ke dunia pendidikan atau sekolah-sekolah.

Banyak sekali keresahan yang muncul sebenarnya akibat ulah mereka. Mereka yang merasakan akan adanya tekanan dari wartawan gadungan tersebut adalah mereka yang berurusan dengan masalah dana. Bisa kepala sekolah, bendahara atau bisa juga para guru. Tentu yang dicari adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bantuan pembangunan sekolah, beasiswa murid, BOS, dan segala sesuatu yang mengandung unsur uang.Tak jarang para kepala sekolah  atau bendahara mesti sembunyi-sembunyi atau takut untuk pulang ke rumah mereka. Mengingat mereka akan menjadi sasaran para wartawan bodong tersebut. Dan kalau sudah demikian bisa dipastikan urusan sekolah bisa sedikit terganggu tentunya.

Yang lebih memprihatinkan  adalah ulah para wartawan gadungan tersebut yang menggunakan nama pejabat, pers, atau nama sebuah organisasi untuk memperkuat dan mempermulus usaha mereka. Dan anehnya mereka hanya datang ke sekolah dan pulang saat diberi amplop berisi sejumlah uang. Selain itu banyak diantara para wartawan tersebut yang tidak menggunakan etika baik sebagai insan pers sesuai UU Pers dan juga kode etik seorang wartawan. Sehingga terkadang jauh dari sosok yang beretika dan berakhlak baik. Maka bagaimanakah mereka akan mampu memperbaiki keadaan terjadi di masyarakat jika mereka para wartawan tersebut tidak memiliki etika yang baik. Maka ketika kondisi ini tidak diperbaiki dan diperhatikan, tentu dapat sangat merugikan dunia pendidikan.


Comments

No Responses to “Ketika Wartawan Bodong Menjadi Momok Bagi Sekolah”