Setiap kita tentu masih ingat apa yang orang tua kita lakukan untuk mencegah kita dari tindakan yang tidak diinginkan oleh orang tua kita. Salah satu cara yang efektif adalah dengan menakuti kita dengan sesuatu yang dianggap  menyeramkan dan menakutkan. Misalnya saja mengatakan, "awas nanti ada hantu kalau menangis terus". Atau dengan mengatakan,"awas nanti ada orang gila kalau keluar rumah". Atau barangkali dengan mengatakan, " awas nanti ada tikus besar kalau tidak mau bobok". Atau mungkin kalimat-kalimat lain yang biasa digunakan untuk mencegah anaknya untuk tidak menangis, pergi, atau minta sesuatu.

Bisa dikatakan cara ini memang cukup efektif untuk meredam keinginan anak-anak agar tidak melakukan hal yang tidak berkenan bagi orang tua mereka. Karena banyak diantara anak-anak tersebut yang memang mau menuruti apa yang dikehendaki oleh orang tua mereka. Terlebih lagi jika sang orang tua menambahkan bumbu-bumbu cerita yang semakin membuat anak takut dan percaya akan kata-kata orang tua mereka. Sehingga kebiasaan untuk menakut-nakuti anak menjadi kerap dilakukan oleh orang tua sebagai senjata andalan para orang tua tersebut.
Tidak ada yang salah sebenarnya pada tujuan awal dari apa yang mereka lakukan pada anak mereka. Karena bagaimanapun ada sesuatu yang bisa dijadikan media untuk mencegah anak-anak dari  tindakan yang dianggap kurang baik dan dapat mengganggu mereka sendiri dan orang lain. Terlebih lagi bila tindakan tersebut sudah mendekati hal-hal yang akan membahayakan anak-anak itu sendiri. Maka di sinilah orang tua perlu mencari cara yang paling efektif untuk menghindarkan anak mereka dari segala sesuatu yang dianggap kurang baik dan membahayakan. Sehingga baik si anak maupun orang tua akan merasa nyaman dan aman.

Namun demikian, sesungguhnya ada dampak buruk yang terjadi pada proses perkembangan mental anak-anak  akibat kebiasaan tersebut. Pada anak-anak yang terbiasa di takut-takuti dengan sesuatu yang menyeramkan seperti hantu, binatang buas, orang gila, dsb, maka mereka menjadi anak yang penakut. Hal itu wajar karena hal-hal yang seram selalu disugestikan pada pikiran mereka. Sehingga pada situasi apapun mereka menjadi takut meskipun berada pada situasi yang aman. Yang lebih buruk lagi adalah adanya sugesti yang sangat kuat bahwa sesuatu yang boleh mereka lakukan menjadi sesuatu yang mereka hindari dan takuti. Misalnya takut untuk tidur sendirian padahal mereka sudah semestinya tidur sendiri. Atau menjadi phobia pada binatang tertentu. 

Tentu kondisi yang demikian akan menjadi sesuatu yang merepotkan dan mempersulit orang tua itu sendiri. Sehingga terpaksa mereka mesti membangun kembali sugesti yang positif untuk menggantikan sugesti negatif yang selama ini dibiasakan untuk menakuti anak-anak. Maka alangkah bijaknya jika orang tua mulai mengubah kebiasaan menakuti anak-anak mereka dengan sesuatu yang dianggap menyeramkan. Sehingga sang anak tidak tumbuh dengan sugesti pikiran yang kurang baik. Yang akan mengganggu proses pertumbuhan mental mereka. Akan lebih baik jika orang tua meluangkan sedikit waktu dan kesabaran untuk memberikan penjelasan sederhana kepada anak mereka akan tindakan sang anak yang kurang baik. Sehingga anak-anak juga mulai memahami kenapa mereka dilarang untuk melakukan hal-hal tersebut. Dan ketakutan akan sesuatu merupakan sesuatu yang alami dan sewajarnya saja. Dan tujuan utama berupa terciptanya kenyamanan dan keamanan bagi anak-anak, anggota keluarga lain dan orang tua dapat tercapai dengan baik. 

Comments

No Responses to “Kebiasaan Menakuti Anak Dan Dampak Negatifnya”