Rasanya nyaris sudah tidak ada lagi yang kita harapkan dari anggota dewan dan pemerintah saat ini. Begitu banyak alasan untuk menyatakan semua ini. Banyak  rakyat yang telah memilih mereka, dengan harapan agar ada perubahan nasib. Baik untuk si pemilih, yang dipilih atau pun negara ini secara umum. Tapi semua seolah olah tidak bersisa saat ini. Janji hanyalah tinggal janji. Tidak ada niat untuk membuktikan dan melaksanakan janji mereka dahulu saat kampanye. Yang ada hanyalah arogansi dari para wakil rakyat yang begitu hebatnya memaksakan keinginan dan ambisi mereka. Maka kalau boleh dikatakan para wakil rakyat benar benar sudah budek, bisu, buta hingga pincang untuk melihat apalagi merasakan derita rakyat kecil saat ini.Tengoklah betapa banyak kebijakan dan aturan perundang undangan yang mereka buat. Nyaris sangat sulit sekali untuk dirasakan oleh rakyat kecil. Benar ada hasil yang mereka buat seperti undang- undang. Tapi jauh dari apa yang rakyat kecil impikan. Kehidupan rakyat yang sejahtera, sebagaimana yang tercantum dalam UUD 45  seolah-olah laksana kode pada batu prasasti yang sulit sekali untuk dimengerti atau diterjemahkan, apalagi dilaksanakan.Yang ada hanyalah upaya menyejahterakan diri mereka sendiri.Tanpa menghiraukan rakyat kecil yang telah memilih mereka  menanti tetesan sejuknya kesejahteraan yang dulu dijanjikan. 
Wajar rasanya kalau mereka tidak bisa berbuat banyak untuk menyejahterakan rakyat kecil, karena mereka tidak merasakan penderitaan yang biasa dirasakan rakyat kecil. Bagaimana mereka mau merasakan lapar yang dirasakan rakyat kecil kalau mereka tidak pernah  hidup bersama mereka yang miskin. Bagaimana mereka membuat kebijakan yang tepat jika para anggota dewan terlalu sering duduk di kursi empuk, dengan ruangan ber AC serta fasilitas yang mewah. Dan  jarang sekali merasakan dan ikut menikmati penderitaan rakyat kecil. Susah mendapatkan bahan bakar, susahnya mengurus kewajiban seperti membayar pajak, panjangnya urusan membuat KTP, SIM , Akte kelahiran dan masih banyak lagi yang lainnya. 
Barangkali berlebihan gambaran saya.Tapi saat ini banyak rakyat kecil yang sudah muak dengan para wakil rakyat dan pemerintah sebagai penyelenggara negara ini. Rakyat benar benar telah jemu, bosan dan jijik melihat polah pemimpin negeri ini. Korupsi seolah olah menjadi ARISAN yang dinikmati secara bergilirian oleh semua partai penguasa. Mereka yang lantang menyerukan kata TIDAK, nantinya pun menjadi pro dengan korupsi saat giliran mereka tiba. Korupsi bahkan telah menjajah negeri ini di semua lini dan tempat birokrasi. Dari pusat hingga ke tingkat  bawah. Semua sama, hanya porsinya yang berbeda.
Sungguh, apa lagi yang diharapkan dan dinantikan. Jangan salahkan ketika  rakyat lebih mengenal dan mengakui presiden mereka adalah Tuhan YME, dan bukan SBY. Wakil rakyat mereka bukan lagi para anggota DPR, tapi malaikat yang  selalu tulus menerima dan menjalankan amanat yang mereka terima dari Tuhan. Karena memang percuma, pemberitaan di media masa maupun elektronik yang bertubi tubi menelanjangi kebusukan mereka seolah olah hanya asap kendaraan. Akan lenyap dengan sendirinya. Sudah berapa tanda tangan, spanduk, aksi yang mengingatkan dan mengkritik mereka . Tapi sekali lagi hanya angin lalu saja.
Perih rasanya saat begitu banyak rakyat miskin  kelaparan, kurangnya sarana pendidikan, buruknya sarana transportasi, banyaknya pengangguran, justru para wakil rakyat berlomba menghambur-hamburkan uang rakyat.  Uang pajak yang mereka kumpulkan dan bayarkan dari hasil yang sangat tidak manusiawi. Dari mereka yang berprofesi hanya sebagai kuli angkut, tukang asongan, pemungut sampah atau profesi tanpa hasil  yang tetap. 
Pemerintah tidak bisa menyediakan tempat yang layak untuk mereka rakyat miskin. Pemerintah tidak menyediakan pekerjaan untuk mereka si miskin. Pemerintah tidak meyediakan sarana pendidikan yang layak untuk mereka yang miskin.Mungkin ada tapi sekali lagi semua itu tidak berasa untuk rakyat kecil. Ibarat menarik tali karet, kebijakan yang konon menyejahterakan rakyat kecil kembali lagi hanya dinikmati mereka yang dekat dengan kekuasaan. Dan itu nyata. Kejam memang tapi itulah kondisi yang ada. 
Tidak banyak sebenarnya yang diminta oleh mereka rakyat kecil. Mereka hanya butuh kepastian usaha untuk menafkahi keluarganya. Kepastian bahwa usaha apapun yang mereka geluti dilindungi dan didukung oleh pemerintah. Dilindungi keamanannya , serta dibantu untuk kelanjutannya. Seorang petani hanya ingin pupuk yang mudah didapat. Harga yang pantas serta sarana untuk usaha mereka. Pedagang hanya butuh keamanan yang terjamin. Serta jaminan usaha mereka dari mereka yang bermodal besar untuk ikut membantu dan bukan mematikan usaha mereka. Dan harapan- harapan sederhana lainnya yang dimiliki oleh mereka rakyat kecil. tapi sekali lagi tidak ada yang perlu lagi diharapkan dari mereka para wakil rakyat.
Maka layak rasanya jika GOLPUT akan merajalela dan menjadi pilihan utama di pemilu 2014 nanti. Baik pemilu legislatif maupun Eksekutif. Karena memang tidak ada yang berbeda dengan pergantian apalagi berulang sang pemilik kursi kekuasaan. Hanya pergantian warna tetapi isi yang sama. Ironi memang karena kita seperti memakan buah simalakama. Jika kita tidak memilih wakil untuk mengawasi dan menjaga kebijakan pemerintah, maka akan semakin mudahnya para eksekutif berlomba lomba dalam korupsi. Jika kita tidak memilih pemimpin penguasa , maka akan sangat berbahaya negeri ini.Namun jika dipilih dan dipercaya, mereka jarang sekali yang menjaga  amanah rakyat. Entahlah, mungkin memang sudah selayaknya jika Tuhan YME yang menjadi presiden negeri ini. Dan malaikatnya yang menjadi wakil rakyat.

Comments

No Responses to “Presiden Kami Tuhan YME Bukan SBY dan Wakil Kami Para Malaikat Bukan DPR”